Monday, July 2, 2007
Balada Acil
Sehari-hari lelaki yang memiliki sorot mata tajam ini dapat ditemui di Jalan Pahlawan. Acil, demkian ia dipanggil, mempunyai usaha pembuatan pupuk kandang organik. Tiap hari tangannya tak lepas dari butiran tanah berwarna kehitaman.
Acil meramu sendiri ramuan pupuknya. Pangkalan pupuknya ramai dikunjungi pembeli. Selama perbincangan dengannya di suatu Minggu siang, tak henti-henti konsumen memesan pupuk buatan lelaki yang pernah merantau ke Jakarta dan Pulang Bangka ini.
"Kada katangkisan tu pang," katanya. Maksudnya, pembeli datang silih berganti.
Menurut pemilik nama asli Abdillah bin Salim AlKaff ini, kunci menghadapi pembeli adalah pelayanan. Ia tak sekadar ngomong. Tapi membuktikan sendiri ucapannya. Tiap pesanan datang, dengan senang hati Acil mengantarkan pupuk yang telah dibeli ke kendaran milik konsumennya. Tak lupa, ia memasangkan sehelas kertas koran bekas di bagian kendaraan tempat menaruh pupuk.
"Saya pernah gagal dalam pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Saya pelajari, ternyata selama ini saya tidak memperlakukan mereka (pembeli, red) dengan baik. Pekerjaan itu, apapun bidangnya, harus dijiwai. Yang kedua, saya terus belajar, belajar, belajar untuk mengetahui letak kekurangannya di mana," tutur bapak enam anak yang tinggal di Basirih ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment