Tuesday, November 27, 2007

Friday, September 7, 2007

Habib Hamid bin Abbas AlBahasyim


Habib Hamid (wafat 1949) lebih dikenal dengan panggilan Habib Basirih. Basirih adalah nama kampung di Banjarmasin, tempat beliau tinggal. Diantara sekian habib yang terdapat di Banjar, sosok Habib Hamid paling fenomenal. Jalan hidupnya terbilang ganjil.

Di masa berkhalwat, Habib Hamid pernah beberapa tahun tinggal di atas pohon kelapa. Cerita tentang kewaliannya berkembang dalam beberapa versi. Tergantung siapa yang menuturkannya. Misalnya, beliau pernah menolong kapal yang nyaris karam di Laut Jawa (saat kejadian genting itu beliau sendiri masih berada di Basirih). Seorang pejabat tentara Jepang yang mengejeknya, tewas dalam kecelakan pesawat di Sulawesi. Kata-katanya 'bergaram'. Jika tidak dituruti, ada saja musibah yang bakal menimpa.

Ayah beliau Habib Abbas adalah seorang saudagar pemilik kapal dagang. Sejak muda, Habib Hamid membantu orangtuanya dalam perniagaan berkapal itu. Hanya saja, setelah menikah, ulah Habib Hamid tidak bisa dipahami. Habib Basirih sejak saat itu dan seterusnya menceraikan hal-hal bersifat keduniaan.

Pada hari Jumat dan Minggu, makamnya ramai diziarahi oleh pengunjung dari berbagai pelosok daerah bahkan manca negara.

Thursday, September 6, 2007

Habib Ahmad bin Husien Alaydrus


Habib Ahmad bin Husien (wafat 1904) berasal dari Jatinegara, Jakarta. Makamnya persis terdapat di depan Masjid Habib Ibrahim ALHabsyi, Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Beliau memiliki seorang putra bernama Abubakar. Abubakar pernah duduk sebagai anggota DPRD Kalsel. Abubakar bersahabat dengan Idham Chalid. Semasa hidupnya, Habib Abubakar adalah salah satu pemuka NU di Kalsel.

Menurut keterangan, Habib Abubakar-lah yang mempengaruhi ke-NU-an Ideham Chalid. Semula, alam pemikiran keagamaan Ideham Chalid agak dipengaruhi warna Muhammadiyah. Persahabatannya dengan Habib Abubakar membuat tokoh politisi sepuh asal Kalsel yang kini tinggal di Jakarta itu menjadi tokoh NU utama. Ideham Chalid pernah beberapa kali menjabat Ketua PBNU sebelum digantikan Gus Dur.

Habib Abubakar memiliki dua putra yaitu Habib Muhammad (tinggal di Kalua, Kabupaten Tabalong) dan Habib Yahya (tinggal di Bincau, Kabupaten Banjar).

Habib Neon


Habib Muhammad bin Husien Alaydrus lebih dikenal dengan sebutan Habib Neon. Beliau lahir di Tarim (Yaman Selatan) tahun 1902 dan meninggal dunia tahun 1969 di Surabaya.

Menurut sahabatnya, Habib Sheikh bin Ahmad AlMusawa, Habib Neon nggak suka bicara, kalau ditanya baru menjawab. Sopan santun, murah tangan (royal mengasih duit), dan dihormati luar biasa oleh masyarakat biasa hingga para pejabat tinggi negara. Orang miskin datang dihormati.

Gelar Neon karena wajahnya "bercahaya". Semasa hidupnya beliau menyelenggarakan Pengajian Burdah tiap malam Jumat. Majelis ini sekarang diasuh oleh putranya Habib Syekh bin Muhammad Alaydrus.

Habib Ali bin Ahmad Aidid


Habib Ali bin Ahmad Aidid (1900-1950) pernah menikah dengan Syarifah Lawiyah di Grogot, Kalimantan Timur. Waktu pertama masuk di Grogot, Habib Ali pernah dikeroyok sekitar 20 orang penduduk lokal karena mereka merasa tak senang dengan kehadiran Habib Ali. Para pengeroyok itu, menurut cerita pihak keluarga, lengkap bersenjata parang siap membinasakan Habib Ali. Tanpa diduga parang-parang itu berguguran di tanah. Para pengeroyok itu berteriak berulang kali meminta ampun kepada Habib Ali. "Apa salah saya sehingga saya kalian serang?" kata Habib Ali.

Di waktu kecil Habib Ali pernah ikut ayahnya Habib Ahmad bertamu kepada seorang keluarga Tionghoa di Jalan Sulawesi. Maksud kedatangan Habib Ahmad adalah ingin meminjam burung dalam sangkar peliharaan seorang Tionghoa itu. Masalahnya, beberapa waktu sebelumnya Habib Ali tertarik dengan burung dalam sangkar itu dan bermaksud memilikinya. Habib Ali tak berhenti menangis sebelum keinginannya terkabul.

Habib Ahmad pun menemui orang Tionghoa. Permintaan Habib Ahmad ditolak. Tak lama kemudian burung itu mati dan bangkainya dibuang di belakang rumah orang Tionghoa. Habib Ahmad kembali mengunjungi rumah orang Tionghoa untuk menanyakan soal burung. Orang Tionghoa melaporkan bahwa burung peliharaannya telah mati. "Di mana bangkainya?" ujar Habib Ahmad. Orang Tionghoa kemudian menunjukkan tempat ia membuang bangkai burung yang tak bernyawa lagi itu.

Habib Ahmad memungut burung itu itu dan meniupnya. Burung itu bergerak dan orang Tionghoa akhirnya mengizinkan Habib Ali memiliki burung itu.

Habib Muhammad bin Ali Bin Yahya




Habib Muhammad bin Ali bin Hasan Bin Yahya (Pangeran Noto Igomo) selama hidupnya tinggal di Tenggarong selaku penasihat Sultan Kutai. Habib Muhammad Bin Yahya lahir tahun 1844 di Hadramaut. Habib Muhammad adalah datu dari aktor terkenal drg Fadly. Habib Muhammad nikah dengan Aji Raden Lesminingpuri, cucu Sultan AM Sulaiman yang juga anak Sultan AM Alimuddin. Habib Muhammad Bin Yahya meninggal dunia tahun 1947 dan bermakam di pekuburan Kelambu Kuning, Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Sayyid Ibrahim bin Alwi Alkaff

He's married with Shahab's girl, Sept, 2nd 2007. Ibrahim is my friend. He speak frankly.

Monday, September 3, 2007

Sayyid Ibrahim bin Alwi AlKaff Married

Sayyid Ibrahim bin Alwi AlKaff didampingi Habib Agil bibn Salim Bahsin saat tutun dari rumah di Sungai Mesa. Acara pernikahan berlangsung, Minggu (2 September) malam di kediaman memepelai perempuan di Jalan Pekapuran.

Friday, August 24, 2007

Said Alwi AlMusawwa

Nama beliau Said Alwi AlMusawwa. Lahir di Kandangan, 3 Mei 1933, Wafat 3 Mei 1993.
Bupati Tapin periode 1978-1983. Ayah beliau Ghasim bin Husin bin Mussayah (Mussayek?) bin Abdullah.

Ami Ahmad bin Ali Alaydrus (Tanjung) banyak memberi keterangan. Saya lagi mencari kerabatnya (keponakan beliau) yang bernama Ismet dan Abdullah di Banjarmasin. Ada yang bisa memberi info?

Wednesday, July 11, 2007

Said Muhammad AlHabsyi



Teks Foto:
SAYYID IDRUS BIN HASAN ALHABSYI (paling kiri) adalah makam tertua di Turbah Sungai Jingah, Banjarmasin. Beliau memiliki seorang putra Sayyid Hasan (makam paling kanan). Sayyid Hasan adalah Kapten Arab yang karena pengaruhnya di masyarakat oleh pemerintah Belanda digelari "raja tak bermahkota".

Teks Foto2:
SAYYID HASAN BIN IDRUS ALHABSYI (paling kiri) bersama rekan-rekan pejuang Banjar dalam perang melawan Belanda, tahun 1904.

Kemarin (Selasa, 10 Juli 2007) saya bersilaturahmi ke Said Muhammad AlHabsyi. Sehari-hari, warga Alalak Berangas ini menjabat sebagai Lurah di kawasan tempat ia tinggal. Ia memiliki leluhur seorang yang bernama Sayid Idrus bin Hasan AlHabsyi.

Sayid Idrus adalah kepala orang Arab di Banjarmasin. Pada tahun 1863 ia menjadi anggota Dewan Pengadilan di Banjarmasin (sebuah lembaga mewakili pemerintah pusat yang merupakan bentukan Belanda pasca dihapuskannya kesultanan Banjar pada tahun 1860).

Sayid Idrus AlHabsyi menikah dengan kerabat kesultanan Sambas yang bernama Noor (makamnya ada di dalam Kompleks Masjid Noor, Jalan Pangeran Samudera, Banjarmasin). Dari perkawinan mereka lahir Sayid Hasan, yang kelak menggantikan sang ayah menjadi Kapten Arab di Banjarmasin.

Sayid Idrus meninggal dunia di Banjarmasin tahun 1296 H (1876 M) dan bermakam di Turbah Sungai Jingah. Idrus diyakini sebagai habaib pertama yang bermakam di alkah khusus sayid dan syarifah itu.

Sayid Hasan bin Idrus Al-Habsyi mempunyai 2 putra dan 3 putri, masing-masing: Sayid Husin, Sayid Abubakar, Syarifah Sehah, Syarifah Aisyah, Syarifah Noor .

Sayid Husin menikah dengan wanita Banjar bernama Intan dan mempunyai 4 anak perempuan yakni Syarifah Sidah, Syarifah Salmah, Syarifah Mastora dan Syarifah Maryam.

Sedang Abubakar, anak Sayid Hasan dengan perempuan di Alalak menurunkan anak cucu Al-Habsyi di Alalak Berangas. Salah satunya adalah Said Muhammad, sang lurah tersebut. Silsilah Said Muhammad sebagai berikut: Ayahnya Abdurrahman bin Agil bin Abubakar AlHabsyi.

Menurut Said Muhammad, keturunan Abubakar tidak ada yang kaya raya. Itu karena sang datuk, tidak meminta warisan kekayaan duniawi kepada Sayid Hasan Kapten Arab. Melainkan hanya warisan ilmu.

Monday, July 2, 2007

Balada Acil


Sehari-hari lelaki yang memiliki sorot mata tajam ini dapat ditemui di Jalan Pahlawan. Acil, demkian ia dipanggil, mempunyai usaha pembuatan pupuk kandang organik. Tiap hari tangannya tak lepas dari butiran tanah berwarna kehitaman.

Acil meramu sendiri ramuan pupuknya. Pangkalan pupuknya ramai dikunjungi pembeli. Selama perbincangan dengannya di suatu Minggu siang, tak henti-henti konsumen memesan pupuk buatan lelaki yang pernah merantau ke Jakarta dan Pulang Bangka ini.

"Kada katangkisan tu pang," katanya. Maksudnya, pembeli datang silih berganti.

Menurut pemilik nama asli Abdillah bin Salim AlKaff ini, kunci menghadapi pembeli adalah pelayanan. Ia tak sekadar ngomong. Tapi membuktikan sendiri ucapannya. Tiap pesanan datang, dengan senang hati Acil mengantarkan pupuk yang telah dibeli ke kendaran milik konsumennya. Tak lupa, ia memasangkan sehelas kertas koran bekas di bagian kendaraan tempat menaruh pupuk.

"Saya pernah gagal dalam pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Saya pelajari, ternyata selama ini saya tidak memperlakukan mereka (pembeli, red) dengan baik. Pekerjaan itu, apapun bidangnya, harus dijiwai. Yang kedua, saya terus belajar, belajar, belajar untuk mengetahui letak kekurangannya di mana," tutur bapak enam anak yang tinggal di Basirih ini.

Friday, June 29, 2007

Keluarga Alawiyin



Dari Jalan Kampung Melayu, setelah mencapai perempatan Simpang Sungai Mesa, Jalan Pahlawan dan Kabel, berbeloklah ke kiri ke Simpang Sungai Mesa. Di barisan rumah sebelah kanan jalan dapat ditemui keluarga Alawiyyin berfam Assegaf dan Ba'abud. Setelah mencapai pertigaan mau keluar Jalan Pecinan-Seberaang Masjid, ada lagi keluarga Assegaf, Alaydrus dan AlKaff. So, mulai dari mana? Mungkin dari Ibrahim AlKaff, atau Habib Abdurrahman Assegaff.

Perkampungan Sungai Mesa dibangun seorang pemuda Mahesa Jaladeri? Ceritanya mirip Jaka Tingkir. Kalau nggak salah, pemuda Mahesa ini menundukkan banteng mengamuk. Adakah keturunan sang tokoh yang hingga kini bermukim di daerah ini?

Thursday, June 28, 2007

Sungai Mesa


Kapan memulai penyelidikan ke Sungai Mesa? Ada banyak Assegaf di sini. Ada juga Al-Kaff. Dan sebuah langgar bernama Al-Hinduan. Langgar ini diambil dari nama Syarifah Salmah Al-Hinduan.

Wednesday, April 4, 2007

sayyid


Sayyid ternyata banyak di Tanah Banjar. Menarik jika membedah Kampung Sungai Mesa. Saat ini di kawasan pemukiman tua urang Banjar ini terdapat beberapa keluarga Sayyid. Sejak kapan kehadiran mereka? Dari mana datangnya? Mengapa memilih tinggal di daerah ini? Di sini dulu salah satu pusat kota, tempat tinggal kerabat bangsawan Banjar? Lokasinya sih persis di tepi Sungai Martapura. Sungai yang saat ini masih menjadi urat nadi penting lalu lintas air di Kota Seribu Sungai.

Sunday, March 4, 2007

Saya


Saya mencari jejak Sayyid (Habaib). Terutama asal mula kedatangan di Tanah Banjar. Terima kasih jika ada yang bisa memberi informasi.