Wednesday, July 11, 2007
Said Muhammad AlHabsyi
Teks Foto:
SAYYID IDRUS BIN HASAN ALHABSYI (paling kiri) adalah makam tertua di Turbah Sungai Jingah, Banjarmasin. Beliau memiliki seorang putra Sayyid Hasan (makam paling kanan). Sayyid Hasan adalah Kapten Arab yang karena pengaruhnya di masyarakat oleh pemerintah Belanda digelari "raja tak bermahkota".
Teks Foto2:
SAYYID HASAN BIN IDRUS ALHABSYI (paling kiri) bersama rekan-rekan pejuang Banjar dalam perang melawan Belanda, tahun 1904.
Kemarin (Selasa, 10 Juli 2007) saya bersilaturahmi ke Said Muhammad AlHabsyi. Sehari-hari, warga Alalak Berangas ini menjabat sebagai Lurah di kawasan tempat ia tinggal. Ia memiliki leluhur seorang yang bernama Sayid Idrus bin Hasan AlHabsyi.
Sayid Idrus adalah kepala orang Arab di Banjarmasin. Pada tahun 1863 ia menjadi anggota Dewan Pengadilan di Banjarmasin (sebuah lembaga mewakili pemerintah pusat yang merupakan bentukan Belanda pasca dihapuskannya kesultanan Banjar pada tahun 1860).
Sayid Idrus AlHabsyi menikah dengan kerabat kesultanan Sambas yang bernama Noor (makamnya ada di dalam Kompleks Masjid Noor, Jalan Pangeran Samudera, Banjarmasin). Dari perkawinan mereka lahir Sayid Hasan, yang kelak menggantikan sang ayah menjadi Kapten Arab di Banjarmasin.
Sayid Idrus meninggal dunia di Banjarmasin tahun 1296 H (1876 M) dan bermakam di Turbah Sungai Jingah. Idrus diyakini sebagai habaib pertama yang bermakam di alkah khusus sayid dan syarifah itu.
Sayid Hasan bin Idrus Al-Habsyi mempunyai 2 putra dan 3 putri, masing-masing: Sayid Husin, Sayid Abubakar, Syarifah Sehah, Syarifah Aisyah, Syarifah Noor .
Sayid Husin menikah dengan wanita Banjar bernama Intan dan mempunyai 4 anak perempuan yakni Syarifah Sidah, Syarifah Salmah, Syarifah Mastora dan Syarifah Maryam.
Sedang Abubakar, anak Sayid Hasan dengan perempuan di Alalak menurunkan anak cucu Al-Habsyi di Alalak Berangas. Salah satunya adalah Said Muhammad, sang lurah tersebut. Silsilah Said Muhammad sebagai berikut: Ayahnya Abdurrahman bin Agil bin Abubakar AlHabsyi.
Menurut Said Muhammad, keturunan Abubakar tidak ada yang kaya raya. Itu karena sang datuk, tidak meminta warisan kekayaan duniawi kepada Sayid Hasan Kapten Arab. Melainkan hanya warisan ilmu.
Monday, July 2, 2007
Balada Acil
Sehari-hari lelaki yang memiliki sorot mata tajam ini dapat ditemui di Jalan Pahlawan. Acil, demkian ia dipanggil, mempunyai usaha pembuatan pupuk kandang organik. Tiap hari tangannya tak lepas dari butiran tanah berwarna kehitaman.
Acil meramu sendiri ramuan pupuknya. Pangkalan pupuknya ramai dikunjungi pembeli. Selama perbincangan dengannya di suatu Minggu siang, tak henti-henti konsumen memesan pupuk buatan lelaki yang pernah merantau ke Jakarta dan Pulang Bangka ini.
"Kada katangkisan tu pang," katanya. Maksudnya, pembeli datang silih berganti.
Menurut pemilik nama asli Abdillah bin Salim AlKaff ini, kunci menghadapi pembeli adalah pelayanan. Ia tak sekadar ngomong. Tapi membuktikan sendiri ucapannya. Tiap pesanan datang, dengan senang hati Acil mengantarkan pupuk yang telah dibeli ke kendaran milik konsumennya. Tak lupa, ia memasangkan sehelas kertas koran bekas di bagian kendaraan tempat menaruh pupuk.
"Saya pernah gagal dalam pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Saya pelajari, ternyata selama ini saya tidak memperlakukan mereka (pembeli, red) dengan baik. Pekerjaan itu, apapun bidangnya, harus dijiwai. Yang kedua, saya terus belajar, belajar, belajar untuk mengetahui letak kekurangannya di mana," tutur bapak enam anak yang tinggal di Basirih ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)